بسم الله
الرحمن الرحيم
Waktu malam dimulai ketika
matahari terbenam sekalipun masih ada cahaya di langit, diantara dalilnya:
1.
Akhir puasa ketika masuk malam yaitu magrib.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ
إِلَى اللَّيْلِ} [البقرة: 187]
Kemudian sempurnakanlah puasa
itu sampai (datang) malam [Al-Baqarah: 187]
'Abdullah bin Abu Awfa radhiallahu
'anhu berkata:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ لِبَعْضِ
القَوْمِ: «يَا فُلاَنُ قُمْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ
أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَلَوْ
أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ، فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا، قَالَ:
«انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُمْ، فَشَرِبَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ
مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan dan Beliau berpuasa. Ketika
matahari terbenam, Beliau berkata kepada sebagian rombongan; "Wahai
fulan, bangun dan siapkanlah minuman (tepung dicampur air) buat kami".
Orang yang disuruh itu berkata: "Wahai
Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga malam".
Beliau berkata: "Turunlah
dan siapkan minuman buat kami".
Orang itu berkata, lagi:
"Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga malam".
Beliau berkata, lagi: "Turunlah
dan siapkan minuman buat kami".
Orang itu berkata, lagi: "Sekarang
masih siang (cahaya matahari masih terlihat di langit)".
Beliau kembali berkata: "Turunlah
dan siapkan minuman buat kami".
Maka orang itu turun lalu
menyiapkan minuman buat mereka. Setelah minum lalu Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berkata: "Apabila kalian telah melihat malam sudah datang
dari arah sana (beliau menunjuk ke arahh timur) maka orang yang puasa sudah
boleh berbuka". [Shahih Bukhari no.1819 dan 1820]
2.
Shalat magrib termasuk shalat
malam.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَأَقِمِ
الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ، وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ} [هود: 114]
Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang, yaitu
shalat subuh, dzuhur, dan ashar) dan pada bahagian permulaan daripada malam. [Huud:114]
Maksud “shalat permulaan daripada malam” adalah shalat magrib dan isya,
ini adalah penafsiran Al-Hasan Al-Bashriy, Mujahid, Qatadah, Muhammad bin Ka’b Al-Quradziy,
dan Adh-Dhahhak –rahimahumullah-. Lihat tafsir Ath-Thabariy (12/608).
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَقِمِ
الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ} [الإسراء: 78]
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. [Al-Israa':78]
Maksud “shalat gelap malam” adalah magrib dan isya, ini adalah
penafsiran Mujahid, dan Qatadah. Lihat tafsir Ath-Thabariy (15/31).
Imam Ath-Thabariy -rahimahullah- berkata:
وَأَوْلَى الْقَوْلَيْنِ فِي ذَلِكَ بِالصَّوَابِ، قَوْلُ مَنْ قَالَ: الصَّلَاةُ
الَّتِي أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِقَامَتِهَا عِنْدَ
غَسَقِ اللَّيْلِ هِيَ صَلَاةُ الْمَغْرِبِ دُونَ غَيْرِهَا، لِأَنَّ غَسَقَ اللَّيْلِ
هُوَ مَا وَصَفْنَا مِنْ إِقْبَالِ اللَّيْلِ وَظَلَامِهِ، وَذَلِكَ لَا يَكُونُ إِلَّا
بَعْدَ مَغِيبِ الشَّمْسِ.
"Yang paling dekat dengan kebenaran dari kedua
pendapat tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa shalat yang
diperintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk didirikan ketika gelap
malam adalah shalat magrib bukan selainnya, karena gelam malam adalah seperti
yang telah kami sebutkan dari datangnya malam dan gelapnya, dan hal itu tidak
terjadi kecuali setelah terbenamnya matahari." [Tafsair At-Thabariy 15/32]
3.
Hadits perumpamaan orang Muslim,
Yahudi, dan Nashrani, seperti seseorang yang mempekerjakan satu kaum di siang
hari sampai malam yaitu ketika matahari terbenam.
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"
مَثَلُ المُسْلِمِينَ، وَاليَهُودِ، وَالنَّصَارَى، كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَأْجَرَ قَوْمًا
يَعْمَلُونَ لَهُ عَمَلًا يَوْمًا إِلَى اللَّيْلِ، عَلَى أَجْرٍ مَعْلُومٍ، فَعَمِلُوا
لَهُ إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ، فَقَالُوا: لاَ حَاجَةَ لَنَا إِلَى أَجْرِكَ الَّذِي
شَرَطْتَ لَنَا وَمَا عَمِلْنَا بَاطِلٌ، فَقَالَ لَهُمْ: لاَ تَفْعَلُوا، أَكْمِلُوا
بَقِيَّةَ عَمَلِكُمْ، وَخُذُوا أَجْرَكُمْ كَامِلًا، فَأَبَوْا، وَتَرَكُوا، وَاسْتَأْجَرَ
أَجِيرَيْنِ بَعْدَهُمْ، فَقَالَ لَهُمَا: أَكْمِلاَ بَقِيَّةَ يَوْمِكُمَا هَذَا وَلَكُمَا
الَّذِي شَرَطْتُ لَهُمْ مِنَ الأَجْرِ، فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا كَانَ حِينُ صَلاَةِ
العَصْرِ، قَالاَ: لَكَ مَا عَمِلْنَا بَاطِلٌ، وَلَكَ الأَجْرُ الَّذِي جَعَلْتَ لَنَا
فِيهِ، فَقَالَ لَهُمَا: أَكْمِلاَ بَقِيَّةَ عَمَلِكُمَا مَا بَقِيَ مِنَ النَّهَارِ
شَيْءٌ يَسِيرٌ، فَأَبَيَا، وَاسْتَأْجَرَ قَوْمًا أَنْ يَعْمَلُوا لَهُ بَقِيَّةَ
يَوْمِهِمْ، فَعَمِلُوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ حَتَّى غَابَتِ الشَّمْسُ، وَاسْتَكْمَلُوا
أَجْرَ الفَرِيقَيْنِ كِلَيْهِمَا، فَذَلِكَ مَثَلُهُمْ، وَمَثَلُ مَا قَبِلُوا مِنْ
هَذَا النُّورِ " [صحيح البخاري]
"Perumpamaan
Kaum Muslimin dan Yahudi dan Nashrani seperti seseorang yang memperkerjakan
kaum yang bekerja untuknya pada suatu hari hingga malam dengan upah yang
ditentukan. Maka diantara mereka ada yang melaksanakan pekerjaan hingga
pertengahan siang lalu berkata: Kami tidak memerlukan upah darimu sebagaimana
yang kamu persyaratkan kepada kami (bekerja hingga malam) dan apa yang telah
kami kerjakan biarlah nggak apa-apa".
Maka orang itu berkata:
"Selesaikanlah sisa pekerjaan, nanti baru kalian boleh mengambil upahnya
dengan penuh".
Namun mereka tidak mau dan tidak
melanjutkan pekerjaan mereka. Kemudian dia memperkerjakan dua orang pekerja
setelah mereka untuk menuntaskan sisa pekerjaan dan berkata, kepada keduanya:
"Selesaikanlah sisa waktu hari kalian ini dan bagi kalian berdua akan mendapatkan
upah sebagaimana yang aku syaratkan kepada mereka”.
Maka mereka berdua mengerjakannya
hingga ketika sampai saat shalat 'Ashar, keduanya berkata, "Untukmu apa
yang kami telah kerjakan sia-sia dan untukmu upah seperti yang kamu janjikan
kepada kami berdua".
Maka orang itu berkata, kepada
keduanya: "Selesaikanlah sisa pekerjaan kalian berdua, waktu siang tidak
tersisa kecuali sedikit".
Namun kedua orang itu enggan
melanjutkannya. Lalu orang itu memperkerjakan suatu kaum yang mengerjakan sisa
hari. Maka kaum itu mengerjakan sisa pekerjaan hingga terbenam matahari dan
mereka mendapatkan upah secara penuh termasuk upah dari pekerjaan yang sudah
dikerjakan oleh dua golongan orang sebelum mereka. Itulah perumpamaan mereka
dan mereka yang menerima cahaya (Islam) ini". [Sahih Bukhari]
4.
Perintah menahan anak dari keluar rumah ketika malam
yaitu magrib.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" إِذَا اسْتَجْنَحَ
اللَّيْلُ، أَوْ قَالَ: جُنْحُ اللَّيْلِ، فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ
تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ العِشَاءِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقْ
بَابَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَطْفِئْ مِصْبَاحَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ،
وَأَوْكِ سِقَاءَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرْ إِنَاءَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ
اللَّهِ، وَلَوْ تَعْرُضُ عَلَيْهِ شَيْئًا " [صحيح البخاري ومسلم]
"Jika malam sudah datang
atau malam sudah gelap, maka tahanlah anak-anak kalian (untuk keluar rumah)
karena pada saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah berlalu beberapa
waktu dari waktu 'isya', bolehlah kalian biarkan mereka dan tutuplah pintu
rumah dan sebutlah nama Allah dan padamkanlah lampu-lampu kamu dan sebutlah
nama Allah dan tutup tempat minum serta tutup pula bejana (tempat makanan)
kamu, walaupun kamu hanya sekedar melintangkan sesuatu di atasnya, dan sebutlah
nama Allah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Al-Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah-
mengatakan: “Maknanya jika malam datang setelah matahari terbenam”. [Fathul
Bari 6/341]
Lihat juga: Irsyaad As-Saariy karya
Al-Qasthalaniy (5/295).
5.
Menjenguk di siang hari sampai
sore sebelum matahari terbenam.
Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
" مَا مِنْ مُسْلِمٍ
عَادَ أَخَاهُ إِلا ابْتَعَثَ اللهُ لَهُ سَبْعِينَ أَلْفَ مَلَكٍ يُصَلُّونَ عَلَيْهِ
مِنْ أَيِّ سَاعَاتِ النَّهَارِ، كَانَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمِنْ أَيِّ سَاعَاتِ اللَّيْلِ
كَانَ حَتَّى يُصْبِحَ " [مسند أحمد: صحيح]
"Tidaklah
seorang muslim menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000
malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja
hingga sore, dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh." [Musnad Ahmad:
Sahih]
As-Sa’aatiy –rahimahullah- berkata:
وقوله "من أي ساعات النهار" أي من وقت العيادة إن كانت بالنهار حتى
تغرب الشمس، ومن وقتها إن كانت بالليل حتى يطلع الفجر
Sabda Nabi “kapan saja di waktu siang” maksudnya
dari waktu berkunjung jika di siang hari sampai terbenam matahari, dan dari
waktunya jika di malam hari sampai terbit fajar. [Bulugul Amaniy syarh
Al-Fathurrabaniy 8/16]
6.
Malaikat penjaga siang naik ke langit di waktu ashar dan
malaikat penjaga malam menggantikan sampai subuh.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" تَجْتَمِعُ
مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ
، فَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ ، فَتَصْعَدُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ، وَتَثْبُتُ
مَلَائِكَةُ النَّهَارِ ، وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ ، فَيَصْعَدُ مَلَائِكَةُ
النَّهَارِ، وَتَثْبُتُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ ، فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ: كَيْفَ
تَرَكْتُمْ عِبَادِي ؟ فَيَقُولُونَ: أَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ، وَتَرَكْنَاهُمْ
وَهُمْ يُصَلُّونَ ، فَاغْفِرْ لَهُمْ يَوْمَ الدِّينِ " [مسند أحمد: صحيح]
"Para malaikat (yang menyertai hamba) di
malam hari dan malaikat (yang menyertai hamba) di siang hari berkumpul pada
waktu salat subuh dan ashar. Maka mereka berkumpul pada waktu shalat subuh,
lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam
hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat yang bertugas pada siang
hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan
malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke
langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu
Allah bertanya kepada mereka: "Bagaimana kalian meninggalkan
hambaku?", Mereka menjawab: "Kami mendatangi mereka, sedangkan mereka
sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka, sedangkan mereka sedang
melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat!" [Musnad Ahmad:
Sahih]
7.
Akhir hari Jum’at setelah ashar
sebelum malam yaitu magrib.
Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memegang
tanganku dan bersabda:
«خَلَقَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ،
وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ،
وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ،
وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، فِي
آخِرِ الْخَلْقِ، فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ، فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ
إِلَى اللَّيْلِ» [صحيح مسلم]
"Allah
'azza wa jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu, menciptakan gunung
hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan yang dibenci
(keburukan) pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu,
memperkembang-biakkan hewan-hewan pada hari Kamis, menciptakan Adam
'alaihissalam setelah Ashar hari Jum'at pada akhir ciptaan, di saat akhir hari
Jum'at antara Ashar sampai malam". [Sahih Muslim]
Syekh Ibnu Baaz rahimahullah ditanya:
متى يبدأ الليل، هل من بعد أذان المغرب أم من بعد أذان العشاء، وهل يمتد إلى
أذان الفجر؟
“Kapan mulainnya malam, apakah setelah adzan
magrib atau setelah adzan isya, dan apakah waktu malam berlangsung sampai adzan
fajar?”
Beliau menjawab:
الليل ما بين غروب الشمس إلى طلوع الفجر، هذا هو الليل
“Waktu malam antara terbenamnya matahari sampai
terbit fajar (shadiq), ini adalah waktu malam”. [Fatawa Nuur ‘alaa Ad-Darb
10/70]
Syekh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- ditanya tentang awal
malam, beliau menjawab:
يبدأ من غروب الشمس إلى طلوع الفجر
“Malam bermula dari terbenamnya matahari sampai
terbit fajar”. [Liqaa’ Al-Baab Al-Maftuuh]
Adapun hadits
“shalat magrib adalah witirnya siang”:
Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Umar; Bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
«صَلَاةُ
الْمَغْرِبِ وِتْرُ صَلَاةِ النَّهَارِ، فَأَوْتِرُوا صَلَاةَ اللَّيْلِ، وَصَلَاةُ
اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، وَالْوَتْرُ رَكْعَةٌ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ»
“Shalat magrib adalah witir untuk shalat
siang, maka witirlah kalian untuk shalat malam, dan shalat malam itu dua
raka’at-dua raka’at, dan witir satu raka’at di akhri malam”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (9/385)
no.5549, pentahkik Al-Musnad mengatakan:
صحيح دون قوله:
"صلاة المغرب وتر صلاة النهار فأوتروا صلاة الليل"، فقد سلف الحديث عنه في
الرواية (4847) بأنه رواه عدة موقوفاً
Hadits ini shahih kecuali sabda beliau: “Shalat magrib adalah witir
untuk shalat siang, maka witirlah kalian untuk shalat malam”, telah dibahas
sebelumnya pada riwayat (no.4847) bahwasanya hadits ini diriwayatkan oleh
beberapa rawi secara mauquf (perkataan Ibnu Umar).
Diriwayatkan juga secara mauquf dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,
ia berkata:
«فُرِضَتْ
صَلَاةُ السَّفَرِ وَالْحَضَرِ رَكْعَتَيْنِ، فَلَمَّا أَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ، وَتُرِكَتْ صَلَاةُ الْفَجْرِ
لِطُولِ الْقِرَاءَةِ، وَصَلَاةُ الْمَغْرِبِ لِأَنَّهَا وِتْرُ النَّهَارِ»
“Diwajibkan shalat ketika safar (bepergian jauh) dan ketika bermukim
(tidak bepergian jauh) dua rak’at- dua raka’at, dan ketika Rasulullah bermukim
(di Madinah, shalat ketika bermukim di tambah) dua raka’at-dua raka’at (kecuali
magrib tiga raka’at), dan shalat fajar dibiarkan dua raka’at karena bacaannya
panjang, demikian pula shalat magrib (tetap tiga raka’at) karena ia adalah
witirnya siang”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahih-nya (6/447)
no.2738, syekh Albaniy -rahimahullah- menghukuminya shahih dalam silsilah Ash-Shahihah
no.2814.
Dengan demikian, hadits "magrib witirnya siang" derajatnya lemah secara marfuu’ dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, yang shahih hanya
mauquf dari perkataan Ibnu Umar dan Aisyah saja.
Kalaupun hadits tersebut shahih
maka bukan berarti bahwa waktu magrib itu bagian dari waktu siang dan bukan
awal malam, karena penamaan magrib sebagai witirnya siang hanya karena waktu
magrib sangat dekat dengan waktu siang, sama seperti ketika Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- menamai bulan Ramadhan sebagai bulan idul Fitri, padahal
idul Fitri dilakukan pada bulan Syawal.
Dari Abu Bakrah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" شَهْرَانِ لاَ
يَنْقُصَانِ، شَهْرَا عِيدٍ: رَمَضَانُ، وَذُو الحَجَّةِ " [صحيح البخاري]
"Ada dua bulan yang tidak berkurang
pahala amalannya (sekalipun jumlah harinya berkurang), dua bulan hari raya ('ied):
Ramadan dan Dzul Hijjah.” [Sahih Bukhari]
Ibnu Rajab –rahimahullah- berkata:
هذا قد يستدل به
على جواز الوتر، بعد طلوع الفجر، ويكون ايتاراً لصلاة الليل، وان كان بعد خروج الليل،
كما يوتر صلاة النهار بالمغرب، وإنما يفعل بعد خروج النهار. [فتح الباري لابن
رجب (9/169)]
“Hadits ini (hadits
Ibnu Umar tentang magrib witirnya siang) bisa dijadikan dalil akan bolehnya
melakukan shalat witir setelah fajar terbit dan ia sebagai witirnya shalat
malam sekalipun sudah keluar waktu malam, sebagaimana witir shalat siang
dilakukan dengan shalat magrib padalah dilakukan setelah waktu siang keluar.”
[Fathul Bari kry Ibnu Rajab 9/169]
Ibnu Al-‘Athar –rahimahullah- berkata:
أما المغرب: فقد
وصفها الشرع بوتر النهار؛ لكونها ثلاثية، لا لكونها تصلى في آخر وقت النهار؛ فإنها
تصلى في أول الليل بعد غروب الشمس وطلوع الليل من المشرق، وبعد غروب الشمس؛ سميت مغربًا.
“Adapun magrib maka syari’at telah menyifatinya sebagai witirnya siang
karena jumlahnya tiga raka’at, bukan karena dilaksanakan pada akhir waktu
siang, karena shalat magrib dilaksanakan pada awal malam setelah terbenam
matahari dan terbitnya malam dari timur, dan setelah terbenam matahari ia
dinamakan magrib”. [Al-‘Uddah fii syarh Al-‘Umdah 1/514]
Jadi penyebutkan magrib sebagai
witirnya siang hanya majas bukan secara hakiki, karena Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wasallam- bersabda:
«لَا
وِتْرَانِ فِي لَيْلَةٍ»
“Tidak ada dua witir dalam
satu malam”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...